This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Lowongan Dosen dan Pegawai] PENDIDIKAN ANAK DAN PANDANGAN BEBERAPA FILOSUF MUSLIM


hotsvidz.blogspot.com - Dalam uraian ini, kita akan mengutip sebagaian pendapat orang Arab dan filosuf muslim, dgn tujuan agar kita mengetahui, bagaimana orang-orang Islam menilai anak, dan bagaimana mereka bergaul, mengarahkan dan mendidik anak?
PENDIDIKAN ANAK DAN PANDANGAN BEBERAPA FILOSUF MUSLIM
Suatu hari Ahnaf bin Qais berkunjung kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, sementara Yazid, puteranya, berada didepannya, berada didepannya sambil memandanginya dgn mimik muka keheran-heranan. Kemudian Muawiyah minta pendapat Ahnaf bin Qais, dgn memaggil ,Wahai Abu Bahr, bagaimana pendapat saudara tentang anak?

Ahnaf menjawab,Wahai Amirul Mu’minin,mereka(anak-anak) adlh penolong dan buah hati kita, mereka menjadi penyejuk jiwa kita, karena mereka kita bisa mengalahkan musuh. Mereka calon-calon pengganti kita, berikanlah kepada mereka bumi yg hina dan langit yg gelap ini. Jika minta apa saja, berilah!,jika minta disayangi, sayangilah!, dan jangan halangi-halangi keinginan mereka, sehingga mereka bosan dgn kita, dan bahkan membenci kita.

Kemudian muawiyah berkata lagi,Wahai Abu Bahr, bagi Allahlah mutiara (anak) kamu, mereka adlh seperti yg kamu sifati.
1. Abd Al-Malik bin Marwan
Beliau berpesan / memberi nasehat agar para orang tua yg mendidik anak-anaknya mengetahui tujuan-tujuan yg ingin dicapai dlm mendidik anak-anaknya.

Nasihat beliau adalah; ajarilah mereka tentang kejujuran, sebagaimana Al-Qur’an mengajarkan mereka,jauhkan mereka dari perilaku-perilaku yg hina karena mereka masih merupakan sosok manusia yg masih lemah dan sosok manusia yg sedikit mengenal sopan santun. Hindarkanlah mereka dari sikap-sikap marah karena mereka merupakan sosok manusia yg masih mempunyai jiwa labil....berilah mereka makanan yg bergizi dan berkualitas agar mereka memiliki fisik yg kuat. Ajarkanlah mereka tentang sya’ir agar mereka memiliki cita rasa dan emosi yg indah, dan anjurkanlah mereka untk senantiasa menjaga kebersihan mulut. Dan apabila kita ingin memperbiki perilaku mereka lakukanlah dgn cara yg halus sehingga seorangpun mengetahuinya.

Nasihat Abd Al-Malik bin Marwan diatas bias dijelaskan lebih rinci lagi sebagai berikut; hendaknya para pendidik yg membimbing anak-anak dilakukan dgn cara membiasakan berperilaku yg jujur yaitu dgn cara-cara yg telah diajarkan dlm Al-Qur’an, menjauhkan mereka dari bergaul dgn orang-orang yg tak baik ; hal ni dilakukan agar anak-anak tersebut tak menirukan perkataan / perbuatan yg tak terpuji. Anak-anak jg jangan dibiasakan berperilaku yg tak baik, hal itu dikarenakan masih awamnya anak terhadap perbuatan yg baik, jg karena masih jeleknya perilaku anak. Kepada para pendidik jg dianjurkan untk mempehatikan makanan anak-anak, seperti memberi makanan yg berbizi agar tubuh anak bisa menjadi lebih kuat dan sehat.
Disamping itu , para pendidik jg dianjurkan untk mengajarkan anak-anak tentang sya’ir, irama, dan kesenian-kesenian lainnya agar anak memiliki rasa dan perasaan yg indah dan menjadi teduh dlm kehidupannya.

Hal lain yg perlu diperhatikan, jangan lupa memberikan bimbingan agar anak senantiasa menjaga giginya dgn cara bersikat gigi (bersiwak), karena hal itu sangat berkaitan dgn kesehatan perut, dimana sehat dan tidaknya perut sangat bergantung pd makanan dan minuman yg dimasukan. Biasakanlah mereka dgn kondisi sehat dan bersih ketika makan dan minum. Dan apabila kita ingin menegur / memperbaiki perilaku anak, lakukanlah dgn cara yg halus, sehingga tak seorangpun dari mereka yg suka menyebar-nyebarkan kejelekan orang lain untk mengetahuinya. Hal ni dilakukan dlm rangka menjaga jiwa anak dan agar anak tak menjadi bahan hinaan orang lain.


Dalam pesan diatas ini, abd-Al-malik bin Marwan tak saja mengarahkan pesannya hanya dlm masalah pendidikan keilmuan, keagamaan dan kesenian saja,tetapi jg ditujukan pd pendidikan budi pekerti, pendidikan, kesehatan, pendidikan fisik dan jg pendidikan social.


2. Umar bin Uqbah


Beliau berpesan kepada para pendidik anak-anak sebagai berikut; sebelum anda mendidik anak-anak, didiklah diri anda sendiri terlebih dahaulu, sebab pandangan anak sangat terikat dgn perilaku anda, sesuatu yg di katakan baik oleh anak adlh apa yg anda perbuat dan sesuatu yg di anggap jelek oleh anak adlh sesuatu yg anda tinggalkan.


Ajarkanlah kepada anak-anak tentang kitabullah, dan jangan menjadikan mereka menjauh darinya sehingga mereka meningggalkannya dan berpaling drinya. Ajarkanlah pd mereka hadist- hadist yg sahih dan mutawatir, sya’ir-sya’ir yg tinggi ilmunya, dan jangan mengalihkan perhatian mereka terhadap suatu ilmu ke ilmu yg lain sebelum mereka menguasai ilmu yg pertama, sebab terlalu banyaknya informasi berbagai ilmu yg di terima mereka akan menyulitkan pemahaman mereka. Ajarkan sejarah hidup para tokoh Islam dan jauhkan mereka memperbincangkan wanita yg berbau seksualitas.


Dalam suatu riwayat, Umar bin Uqbah jg memberi nasehat: ajarkanlah anak-anak dgn mengikuti pola hidup dan budi pekerti para tokoh Islam masa lalu, dan posisikanlan diri anda (para pendidik) di depan anak-anak bagaikan seorang dokter yg mau mengobati penyakit sebelum tahu obatnya.


Nasehat Umar bin Uqbah dpt di jelaskan lebih rinci sebagai berikut: bahwa seorang pendidik yg mengajar anak-anak hendaknya terlebih dahulu memperbaiki dirinya sendiri dgn tujuan agar sikap sikap pendidik itu menjadi contoh yg baik bagi anak-anak. Ini dpt di pahami karena guru, menurut pandangan anak-anak, adlh contoh dan teladan yg baik, mereka memandang guru dgn menggunakan cara-cara guru memandang, mereka meniru perkataan guru dan perbuatan guru, mereka menganggap baik apa yg di perbuat guru dan menganggap jelek apa yg di tinggalkan guru. Guru hendaknya mengajarkan kitabullah kepadanya agar bisa mengambil petunjuk dan cahaya darinya hindarkan untk menanamkan rasa jenuh dan bosan pd jiwa mereka sehingga mereka meninggalkan kitabullah, tetapi berilah semangat kepada mereka untk memhami dan menghafal kitabullah, dan mangembil manfaat darinya. Jangan biarkan mereka menjauh dari kitabullah sehingga mereka mnjadi berpaling darinya.


Sebagaimana kita menaruh perhatian yg besar kepada kitabullah, kita hendaknya jg menaruh perhatian yg besar kepada hadist-hadist rasulullah SAW. Dengan demikian, ajarkanlan kepada mereka tentang hadist-hadist yg saheh dan mutawatir. Pilihkanlah, dan kemudian ajarkanlah sya’ir-sya’ir arab yg baik dan jauhkanlah dari sya’ir-sya’ir yg kurang bernilai / yg sekedar berisi cerita-cerita cinta, agar mereka (anak-anak) tak terpengaruh terhadap sya’ir yg jelek yg dipelajari dan dibaca


Di samping itu,juga memberi nasihat, agar jangan mengalihakn proses belajar mereka dari satu ke ilmu lainnya sebelum pelajaran (ilmu) yg pertama dipelajari benar-benar dipahami secara baik dan mantap,sebab kemantapan suatu materi ilmu akan memudahkan mereka untk mengingatnya. Banyaknya materi ilmu (pelajaran) akan menyulitkan mereka untk paham secara baik.


Ajarkanlah mereka cara hidup, perilaku dan kegiatan sosial yg dilakukan para tokoh Islam agar mereka mengikutinya. Jauhkanlah mereka dari memperbincangkan wanita karena dikawatirkan menimbulkan fitnah dan jauth kedalam kesesatan.


Bertindaklah anda dihadapan mereka bagaikan dokter yg mahir yg ingin mengobati penyakit, dimana sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu macam, sumber dan kadarnya penyakitnya, dan baru kemudian dilakukan pengobatan.


Nasihat ni adlh sangat berharga yg harus diambil daya gunanya bagi para paendidik dan guru, ni harus dilakukan agar pelaku-pelaku pendidikan betul-betul menjadi contoh yg baik bagi anak-anak, pandai dlm mengajar bias memberi motivasi dan memberikan semangat kepada anak-anak untk mempelajari Al-Qur’an,Al-Hadist, dan menyenangi keduanya. Pendidik dan guru hendaknya jg memilihkan syai’ir-sya’ir yg baik dan tinggi nilai seninya untk diajarkan kepada anak-anak sampai paham betul. Diinginkan jg dari nasihat ni agar anak-anak mengikuti jejak-jejak kehidupan para tokoh Islam, menjauhi perbincangan tentang wanita, dan bekerja semata-semata untk belajar ilmu.

3.Hisyam bin Abd Al-Malik


Hisyam bin Abd Al-Malik berpesan kepada guru anaknya,Sulaiman Al-Kalabi; Anak saya (sangat bermakna dlm kehidupan saya,pent) saya menyerahkan kepadamu untk dididik, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT, tunaikanlah dan peganglah amanat itu. Pertama kali wasiat saya kepadamu dlm mendidik anak saya adlh handaknya dimulai dgn mengajarkan kitabullah, kemudian ajarkanlah sya’ir-syair yg baik kepada anak saya. Jelaskanlah kepada anak saya tentang kehidupan dunia Arab dan pilihlah di antara sya’ir-sya’ir mereka yg terbaik untk diajarkan ke[ada anak saya, kemudian jg ajarkan / jelaskan hal-hal yg halal dan haram, dan jg pidato-pidato yg baik.
Pesan Hisyam lainnya kepada guru yg mengajar anaknya: sesungguhnya anak saya adlh sesuatu yg paling berharga bagi saya, dan saya serahkan anak saya kepadamu untk dibimbing dan diajar. Beliau jg berwasiat kepadanya agar bertaqwa kepada Allah SWT dan memegang teguh amanat dgn baik, karena guru yg baik akan memiliki pengaruh yg baik pula tehadap anak (murid) ,dan guru yg baik adlh yg bias mengambil manfaat dari ilmu dan ketaqwaannya.


Wasiat Hisyam yg pertama adlh memberi perhatian yg besar terhadap Al-Qur’an ,menghafal dan mepelajarinya, kemudian jg diajarkan sya’ir-sya’ir yg baik agar anaknya memiliki rasa dan perasaan seperti yangterdapat dlm sya’ir, memiliki daya khayal yg indah, dan berpikir yg benar. Kemudian ia jg berwasiat agar mengajak pergi anaknya untk melihat-lihat kehidupan orang Arab dan bisa mengambil sya’ir-sya’ir mereka yg baik untk dipelajari dan dipahami, mengetahui apa yg di haramkan dan dihalalkan Allah sehingga ajaran agamanya bias dijalankan dgn sempurna. Disamping itu,beliau minta pd guru anaknya agar senantiasa memberikan dorongan untk mempelajari macam-macam khutbah (pidato) yg memiliki hikmah yg mendalam, pandangan yg kuat,pesan-pesan yg berharga, gaya retorika yg tinggi, dan nilai-nilai yg baik lainnya yg ada dlm pidato.


4.Abu Nashr Al-Farabi


Al farabi dlm sebuah risalanya di bidang politik,setelah menjelaskan tentang murid dan kewajiban memperhatikan potensi-potensi yg dimiliki anak-anak dlm proses pendidikan dan pengajaran, menyebutkan:

* Di antara mereka ada yg memiliki tabiat jelek, dimana mereka belajar mempunyai tujuan untk digunakan pd hal-hal yg tak baik. Apabila kita melihat orang seperti itu hendaknya kita membimbingnya dan mendidiknya dgn pedidikan budi pekerti, dan jangan mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang yg apabila ia memilikinya digunakan pd hal-hal yg tak baik.


*Di antara mereka ada yg memiliki otak bodoh yg kecerdasan dan kepandainnya tak bisa diharapkan lagi. Apabila kita menjumpai orang seperti itu , proses bimbingan dan pendidikan dilakukan dgn menggunakan pendekatan kebiasaan-kebiasaan yg baik.


* Dan diantara mereka ada jg yg memiliki budi pekerti dan karakter yg baik. Apabila kita mendapati mereka, jangan kita menghina terhadap ilmu yg dimiliki walau sedikit dan basa-basi.


Al-Farabi berpesan, dlm usaha mempedulikan dan mendidik orang jahat hendaknya dilakukan dgn cara pendidikan keteladanan, sedangkan pd orang yg bodoh hendaknya diajarkan hal-hal yg praktis secara disiplin dan terus menerus. Sementara pd mereka yg mempunyai ahklak yg baik hendaknya diajarkan tentang berbagai ilmu pengetahuan sesuai dgn tingkatannya.


Al-Farabi dlm sebuah risalahnya menyebutkan bahwa yg pertama dilakukan dlm pendidikan dan pengajaran adlh dimulai dgn memperbaki ahklak, karena orang yg tak memiliki keperibadian yg baik tak mungkin belajar ilmu yg baik. Alasan yg dikemukakan Al-Farabi ni berdasarkan pendapat filosuf Plato;Sesungguhnya orang yg tak bersih dan suci tak akan dekat dgn orang yg bersih dan suci.


Memperbaiki akhlak, menurut Al-Farabi, tak cukup hanya dgn menggunakan perkataan, tetapi yg lebih penting adlh dgn contoh dan perbuatan. Setelah memperbaiki jiwa syahwatnya, baru perbaikan perkataannya,atau dgn kata lain, yg pertama harus dilakukan dlm proses pandidikan dann pengajaran adlh memperbaiki akhlak yg praktis, baru kemudian memperbaiki akhalak / wawasan-wawasannya. Pendapat Al-Farabi ni sangat tinggi nilainya,dan cocok dgn pendapat-pendapat para ahli filsafat etika dan pakar pendidikan pd abad ke-20 ini.


5. Ibnu Sina


Ibnu sina menganjurkan agar kita dpt memperhatikan kecenderungan, kebiasaan, dan bakat bawaan anak, ketika kita memilihkan aktifitas / pekerjaan dlm rangka menghadapi kehidupan masa depannya sebagai manusia bernegara.


Beliau berpendapat, bahwa tiap perbuatan yg dikehendaki anak belum tentu mampu dilaksanakan, tetapi ia akan mampu melaksanakan perbuatan yg sesuai dgn bakat alaminya. Seandainya keinginan untk memperoleh perbuatan yag baik pasti bisa dilakukan / diperoleh dan dilaksanakan tanpa adanya problemmatika dan proses penyesuaian, niscaya tak seorangpun melalaikan untk memperolah perbuatan yg baik, dank arena demikian, semua orang akan memilih perbuatan / pekerjaan yg paling bergengsi. Melihat kenyataan ini, siapa saja yg mempuyai tugas sebagai pendidik dan pembimbing anak-anak, apabila ia memilih suatu cita-cita, hendaknya pembimbing tersebut terlebih dulu mempertimbangkan karakteristik anak-anak, diukur kepintaraannya, dan dicoba / ditest kecerdasannya, setelah itu dipilihkan / pekerjaan yg sesuai dgn hasil uji coba / hasil-hasil yg telah menjadi pertimbangannya.


Pesan diatas adlh pesan yg sangat berharga dari Ibnu Sina yg harus dijadikan pedoman oleh tiap pendidik, baik para orang tua maupun para guru yg memilihkan suatu cita-cita / pekerjaan kepada anak-anak, dgn mempertimbangkan karateristik / kecenderungan anak yg bersangkutan, disamping itu dilihat jg tingkat kepintaran dan kecerdasannya. Ini dilakukan, agar cita-cita yg menjadi dambaan anak-anak sesuai dgn kemampuan yg dimilikinya. Cara ni jg dianjurkan dlm system pendidikan modern.


Ibnu Sina memandang, bahwa yg sangat penting untk dilakukan dlm system dunia pendidikan adlh meneliti tingkat kecerdasan, karakteristik, dan bakat-bakat yg dimiliki anak, dan memeliharanya dlm rangka menentukan pilihan yg disenangi untk masa yg akan datang. Jika anak suka mempelajari suatu ilmu secara intelektual dan alamiah, tunjukkan dan arahkan pd hal tersebut, dan berilah kesempatan untk mempelajari suatu ilmu yg diinginkan. Jika ia senang dgn hal yg bersifat praktis, berilah ia motivasi untk mencapai hal tersebut, dan apabila yg mempunyai kecenderungan untk mempelajari kebudayaan, arahkan juga. Inilah tuntutan yg harus diterapkan dlm dunia pendidikan sekarang.


Anak yg mempunyai kecenderungan untk belajar tentang ilmu-ilmu eksak / ilmu pasti, tak mungkin untk dijejali dgn Ilmu-ilmu kesusastraan; dan bukan hal yg mudah untk menjadikan anak memiliki keahlian yg mendalam terhadap tiap ilmu yg dipelajarinya, tetapi ia hanya mampu mempunyai keahlian pd bidang ilmu yg tingkat kesukaannya sangat tinggi. Sedangkan bidang-bidang ilmu pengetahuan yg kurang disenanginya adlh tak mungkin untk dimilikinya / dikuasainya secara mendalam. Setiap anak / murid akan mudah mempelajari suatu ilmu pengetahuan yg sesuai dgn bakatnya. Inilah yg dijelaskan Ibnu Sina melalui perkataannya :


Barangkali tabiat manusia menjauh dari ilmu-ilmu social dan eksak, ilmu-ilmu ni tak tergantung pd apapun.


Seandainya anak / murid dgn mudah bisa mencapai tiap ilmu yg diinginkan, niscayalah anak akan dgn mudah pula menjadi ahli sastra, ahli ilmu eksak, dokter, dan lain-lain. Intinya yg sesuai dgn kecerdasan dan tingkat intelektualitas anak bersangkutan akan cepat berpengaruh dlm menentukan hasil / tidaknya seseorang untk meraih apa yg dinginkannya.


Ibnu Sina merupakan sosok inteklektual yg mempunyai keahlian terkenal di bidang medis (system pengobatan) dgn menggunakan metode psiko-analisis, seperti yg biasa digunakan para ahli ilmu jiwa pd abad ke-20 ini. Di antara pengobatanya yg sangat popular ialah ketika ada seorang laki-laki yg terserang penyakit syaraf yg sangat parah, sehingga keadaan si penderita sudah merasakan dirinya seolah-olah menjadi seekor sapi. Ia tak mau makan dan minum bersama orang lain, bahkan suaranyapun telah menyerupai sapi, ia suka berkumpul dgn sapi di kandangnya dan makan bersamanya. Akibat kondisi ini, kekuatan dan tubuhnya menjadi sangat lemah. Berbagai dokter telah mencoba mengobatiny, tapi mereka tak mampu menyembuhkannya. Ibnu Sina yg ketika itu terkenal dan mempunyai kemahiran dlm pengobatan kejiwaan mencoba mengobati orang yag mengidap penyakit tersebut. Beliau memerintahkan agar si penderita penyakit saraf itu didatangkan kepadanya. Ibnu Sina bertanya, Apa yg ada dihatimu dan apa yag kamu rasakan?.


Si penderita menjawab,Tak ada sesuatupun yg menimpa diri saya, kecuali yg telah merasakan menjadi seekor sapi, saya makan seperti sapi makan dan saya berbuat seperti sapi berbuat.


Ibnu Sina bertanya lagi,Kalau begitu saya akan menyembelih kamu?.


Si penderita menjawab,Silahkan kalau anda menghendaki!.


Kemudian, Ibnu Sina memerintahkan agar sipenderita itu diikat dgn tali dan direbahkan / ditelentangkan ditanah serta diambilkan sebuah pisau yg sangat tajam. Kemudian beliau merentagkan pisau tersebut diatas si penderita penyakit tersebut seraya menampakkan kepadanya bahwa ia akan menyembelihnya. Setelah menyembelih dan pisau sudah berada ditangannya, Ibnu Sina bertanya,Bagaimana sapi ni kok kurus sekali dan tak layak untk disembelih?.


Si penderita menjawab,Sesungguhnya sapi ni layak untk disembelih, maka sembelihlah!.


Ibnu Sina bertanya lagi,Tidak, saya tak akan menyembelihnya kecuali ia telah menjadi gemuk.


Si penderita bertanya,Apa yg harus saya lakukan agar saya menjadi gemuk?.


Ibnu Sina menjawab,Anda harus makan makanan yg sehat, dan makan-minum seperti makan-minumnya manusia lain.


Si penderita bertangnya lagi,Apakah anda akan menyembelih saya jika saya melakukan hal itu dan kemudian saya akan menjadi gemuk?.


Setelah itu, si penderita melaksanakan janjinya dgn melakukan seperti yg dilakukan Ibnu Sina, dan mulailah ia makan dan minum secara wajar, sehingga akhirnya akal sehatnya tumbuh lagi, tubuhnya menjadi kuat, akalnya menjadi kuat, akalnya menjadi normal, dan penyakitnya menjadi hilang.


Setelah berselang lama, Ibnu Sina berkunjung ke tempat orang yg menderita tadi, setelah ia melihat bahwa tubuh dan akalnya menjadi sehat, beliau bertanya,Bagaimana sapi ini, apakah sudah gemuk?.


Si penderita (yang sudah sembuh) tadi menjawab,Ya, dan telah menjadi orang yg berakal sehat.


Diceritakan juga, bahwa Ibnu Sina didatangi seorang pejabat yg menderita suatu penyakit, sementara para dokter tak mampu menyembuhkannya. Setelah Ibnu Sina mengetahui dgn menanyakan keadaan penyakitnya, bahwa penyakit pejabat tersebut adlh penyakit cinta tetapi orang yg menderita penyakit tersebut tak mau menyebutkan nama orang perempuan yg dicintainya.


Ibnu Sina mengetahui bahwa kesembuhan orang yg sakit itu sangat bergantung kepada orang yg dicintainya,dan sangat bergantung pula pd hilangnya persaan-perasaan yg tersembunyi yg berhubungan dgn orang yg dicintainya itu, maka Ibnu Sina memulai berusaha untk mengetahui nama orang yg dicintainya dgn berbagai cara.


Beliau memerintahkan untk menghadirkan seorang penduduk kota yg paling tua. Setelah ia datang, Ibnu Sina bertanya kepada orang tersebut,Apakah anda mengetahui jalan-jalan raya dikota ini?.


Orang tersebut menjawab,Ya.


Kemudian Ibnu Sina memerintahkannya menyebutkan nama-nama jalan raya satu demi satu, sambil beliau memegangi tangan orang yg sakit untk mengetahui tingkat kecepatan denyut nadi tangan orang yg sakit untk mengetahui tingkat kecepatan denyut nadi tangannya. Setelah orang laki-laki menyebut nama suatu jalan, denyut urat nadi semakin cepat. Ibnu Sina terus memerintahkan pd orang laki-laki itu untk menyebutkan nama-nama jalan-jalan raya, untk kedua kalinya, denyut urat nadinya kembali cepat. Setelah itu,Ibnu Sina memerintahkan kepada orang laki-laki bercerita / menyebutkan rumah yg terletak di suatu jalan, Ibnu Sina kembali melihat denyut urat nadi si sakit itu semakin cepat ketika disebutkan nama rumah. Kemudian, Ibnu Sina bertanya oarng laki-laki tadi,Beritahukan pd saya nama gadis-gadis yg berada dlm rumah tersebut?. Setelah disebutkan nama seorang gadis yg dicintai oleh orang yg sakit itu, denyut nadinya semakin cepat.


Kemudian Ibnu Sina menoleh kepada orang yg sakit, seraya bertanya,Bukankah itu adlh gadis yg anda cintai?.


Si penderita penyakit itu menjawab,Ya. Setelah diselidiki, ternyata gadis tersebut adlh anak pamannya sendiri. Orang yg sakit itu sangat mencintainya, tetapi ia tak berani menjelaskan kerahasiaannya karena takut kepada keluarganya. Tapi setelah keluarganya mengetahui bahwa penyakit orang ni akan sembuh bila dikawinkan dgn gadis tadi, mereka merestuinya, maka setelah itu sembuhlah penyakitanya, dan ia kemudian kembali kepada keadaan yg normal dan hidup bahagia.


6.Al-Ghazali


Al-Ghazali, dlm kitabnya Ihya’ Ulumuddin (jilid III, hal. 52 pd bagian bab kitab Riyadhlah al-Nafs wa Tahdzib al-Akhlaq, berpendapat - yg berkaitan dgn bagaimana cara bergaul dgn anak-anak, memperhatikan kondisi social dan usianya, serta kelebihan dan kemampuannya-bahwa posisi pendidik sama dgn dokter jika mengobati orang yg sakit hanya dgn satu macam obat,kebanyakan sipenderita penyakit tak sembuh bahkan ada yg meninggal; demikian jg seorang pendidik yg memberikan pendidikan pd anak-anak hanya dgn satu macam bentuk didikan, itu bisa mencelakakan dan bisa mematikan kreativitas anak-anak. Yang harus dilakukan adlh memperhatikan sosok orang yag bersangkutan, kondisi, usia, serta tabiatnya, kemudian disimpullkan konsep dan system serta model pendidikan seperti apa yg sebaiknya bisa dilaksanakan. Lantas ditentukan bentuk pendidikan yg sekiranya dianggap cocok.


Apa yg dianjurkan Al-Gazhali ni adlh suatu hal yg biasa dilakukan para ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan untk menemukan sistem pendidikan dewasa ini, dlm rangka memperhatikan dan memelihara tingkatan, kemampuan, bakat dan tabiat yg dimiliki anak-anak.


Pada halaman 62-63 jilid III, Al-Ghazali berkata: Ketahuilah, bahwa metode dlm system pendidikan anak-anak merupakan sesuatu yg sangat penting untk diperhatikan. Anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Jika ia dibiasakan dan diajarkan tentang hal-hal yg baik, ia akan tumbuh bersama dgn kebaikan itu, dan jika ia dibiasakan pd hal-hal jelek, dan dibiarkan seperti binatang, ia akan menderita dan celaka. Dan apabila ia bersalah,sepantasnya, ia ditegur dgn cara pelan-pelan dan halus dgn berkata,Hindarilah membiasakan seperti itu. Kita tak boleh banyak berkata yg bernada menghina tiap saat, sebab hal itu akan memudahkan ia mndengarkan dan mengerjakan kejelekan-kejelekan, yg pd akhirnya menjadi kebiasaan bagi dirinya. Seorang ayah hendaknya menjaga agar tak berkata hal-hal yg menakutkan bagi anak-anaknya, tak mencelanya dan tak menjelekannya, kecuali pd saat tertentu karena terpaksa umpamanya. Juga, hendaknya anak dibiasakan berjalan, bergerak dan berolah raga pd sebagian siang hari agar anak tak senantiasa dihinggapi rasa malas, jg dibolehkan bermain permainan yg tak melelahkan. Dan sepantasnya, anak-anak diajarkan untk tunduk kepada orang tua dan guru-gurunya, serta kepada orang-orang yg lebih tua, baik masih ada ikatan keluarga maupun yg bukan.


Al-Ghazali melihat bahwa pendidikan anak merupakan sesuatu yg sangat penting, dan anak diciptakan seraya bisa menerima hal-hal yg baik dan jelek, dan hanyalah kedua orang tuanya yg bisa membimbingnya ke salah satunya (yang baik). Nabi Muhammad bersabda:


Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah, dan hanyalah kedua orang tuanya yg menjadikannya beragama Yahudi,Nasrani, / beragama Majusi.(Hadist Syarif)


Ini merupakan pernyataan yg sangat popular di kalangan ahli ilmu jiwa dan etika. Al-Ghazali jg memberi nasihat agar kita menegur dgn cara yg halus jika anak bersalah, dan tak banyak menghinanya agar tak berpengaruh pd jiwanya; dan tak menjelek-jelekannya kecuali pd saat-saat tertentu. Kita hendaknya memberikan arahan dan bimbingan agar anak membiasakan diri untk berjalan, bergerak dan berolahraga: demikian jg bermain permainan yg ringan dam tak melelahkan serta membiasakan untk taat kepada para guru (pendidik), dan orang yg lebih tua. Ini semua merupakan prinsip-prinsip pendidikan modern yg paling penting yg kita gunakan dewasa ini.


7.Ibnu Khaldun


Dalam kitab Al-Muqaddimah hal. 619 pd pasal kekerasan terhadap anak sangatmembayakan, Ibnu Khaldun berpendapat; bahwa pengajaran yg dilakukan yg dilakukan dgn cara yg keras dan kaku bisa membayakan bagi keberadaan murid, terutama pd masa-masa kecil (anak-anak), karena hal itu merupakan kebiasaan yg jelek. Barang siapa yg mendidik anak-anak dgn cara yg keras dan kejam, mereka akan menjadi manusia yg senantiasa merasakan tekanan-tekanan, berkembang dgn jiwa yg menyesakan, menghilangkan jiwa dinamisnya, menimbulkan sikap-sikap yg malasnya,serta memunculkan perilaku-perilaku yg bohong dan jelek. Juga senantiasa bersikap pura-pura (apa yg ada dlm hatinya berbeda dgn perilaku yg tampak) karena mereka ia takut akan munculnya tangan-tangan / sikap kekerasan; dan sikap ni akan menjadi kebiasaan bagi mereka, serta bisa menumbuhkan perilaku yg bohong, jahat, penipu, dan jg sikap yg berpura-pura, sehingga menjdi kebiasaan perilaku sehari-hari mereka.


Karena itu, dlm mendidik dan mengajar anak-anak gunakanlah cara ang sangat bijak, halus, dan beerdasarkan kasih sayang.


8. Abdurahman Al-Jauzi


Beliau (meninggal dunia tahun 567 H) member perhatian yg besar dlm hal berkaitan dgn dunia anak-anak, dan menjelaskan bahwa betapa pentingnya bakat-bakat / kecenderungan bawaan yg dimiliki anak dan menjaganya dlm proses pendidikan dan pengajaran. Beliau berpendapat bahwa proses belajar (pendidikan) hanya bermanfaat diberikan pd orang yg pintar, proses belajar tak akan bermanfaat bagi binatang, karena binatang buas tak akan pernah meninggalkan mangsa tangkapannya.


Artinya pernyataan diatas adlh kecerdasan dan kebodohan mempunyai pengaruh yg besar bagi sukses dan tidaknya murid dlm dunia pendidikan. Orang yg cerdas dan peandai sangat layak diberikan pendidikan, dania akan mampu mempelajari dan memahami apa yg diberikan dlm pendidikan, sedangkan kudaan (orang bodoh dan pandir) kurang berguna diberikan pendidikan, ia tak mungkin memahami dgn baik kepada materi-materi pelajaran yg dibutuhkan kecerdasan dan kepandaian,lenih-lebih tak mungkin untk mendalaminya. Yang buas akan tetap dgn kebuasannya, dan pendidikan bentuk apapun yg diberikan tak akan mampu mengubah binatang buas menjadi binatang yg jinak, tenang, dan tak membahayakan, karena tabiatnya / perangi akan mengalahkan sesuatu yg ditaati, seperti dikatakan dlm sya’ir Arab:


Apabila seseorang tak dilahirkan dgn mempunyai akal tabiat, maka tiadalah berguna datangnya suatu kelahiran.


Maksud kalimat diatas adlh bahwa apabila manusia tak dilahirkan dgn membawa kecerdasan, maka datangnya kelahiran (anak) berapapun usianya tak akan bermanfaat. Apabila seorang kaya diberi seorang anak yg sangat dungu, ia dgn kekayaannya tak akan mampu mengubah kedunguan anaknya akan menjadi seorang anak yg pandai dan cerdas.


Kecerdasan adlh pembawaan, dan merupakan pemberian yg bersifat bawaan dari Tuhan. Dengan kecerdasannya, manusia bisa mengatasi problematika kehidupan yg dihadapi. Orang yg cerdas adlh anak cerdas yg bisa membawa kecerdasannya hingga menjadi dewasa. Sedangkan orang yg dungu pd masa dewasanya.


9. Al-Zarnuji


Al-Zarnuji dlm kitabnya Ta’lim Al-Muta’alim berpesan agar murid tak memilh sendiri materi pelajaran yg ingin dipelajarinya secara mendalam, akan tetapi hendaknya meminta bantuan guru yg telah memiliki pengalaman di dlm materi-materi yg sesuai.


Bagi Zarnuji, bukan suatu larangan, seorang murid memilih materi pelajaran yg disenanginya dgn minta bantuan pendapat gurunya di dlm memilih, dgn catatan; tak mengabaikan kecenderungan dan kesenangan murid terhadap suatu ilmu.


Semua pendapat di atas sangat berharga menunjukan atas kebesaran para tokoh Islam serta pikiran-pikiran dan ide-idenya tentang pendidikan anak dan segi-segi kejiwaan, serta bahasannya dlm hal tabiat bawaan anak,dan kecenderungan -kecenderungan tabiatnya anak, pd saat kita sangat membutuhkan pandangan-pandangannya

source : http://kompas.com, http://log.viva.co.id

0 Response to "[Lowongan Dosen dan Pegawai] PENDIDIKAN ANAK DAN PANDANGAN BEBERAPA FILOSUF MUSLIM"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *