This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Lowongan Dosen dan Pegawai] Sejarah Pemikiran-Pemikiran Imam Ghazali

hotsvidz.blogspot.com - Masa hidup Imam Ghazali adlh masa munculnya aliran-aliran, paham agama dan aspirasi-aspirasi pemikiran yg saling berlawanan. Dari satu segi lahir pula ahli ilmu kalam dan kebatinan yg beranggapan bahwa diri mereka itu diberi keistimewaan dpt mengikuti imam yg maksum (tidak pernah salah) dan muncul pula para filosof dan ahli tasawuf. Dari sisi lain, Imam Ghazali mengamati secara mendalam bahwa sebenarnya manusia itu dilahirkan tanpa agama / aliran/paham, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yg akan menjadikannya sebagai orang yg beragama Yahudi, Nasrani, / Majusi. Artinya, bahwa seorang anak itu mengikuti apa saja aliran, faham / agama kedua orang tuannya.

Sejarah Pemikiran-Pemikiran Imam Ghazali
Sejarah Pemikiran-Pemikiran Imam Ghazali
Imam Ghazali memiliki naluri gemar mencari kebenaran dan berusaha membebaskan dirinya dari pendapat yg berbeda-beda dan aliran-aliran yg beraneka ragam. Beliau ingin mengetahui hakekat fitrah manusia, hakekat akidah-akidah agama, paham / aliran-aliran filsafat yg dianut manusia dgn jalan mengikuti kedua orang tuanya dan guru-gurunya. Kemudian beliau jg ingin mengetahui perbedaan antara kebenaran dan kebatilan lantaran perbedaan aliran, mengumpulkannya dan memperbandingkannya satu aliran dgn aliran lainnya. Beliau merenungkan apa yg terdapat di balik semua itu untk mencapai Ilm al-Yaqin (pengetahuan yg sebenarnya) yakni suatu ilmu pengetahuan yg dpt mengungkap suatu persoalan dgn jelas sehingga tak sedikitpun terdapat keraguan / skeptis dan tak dibarengi kemungkinan salah / kesamaran.[1] Untuk itu, Imam ghazali mulai mempelajari ilmu kalam dan aliran kebatinan. Lantas beralih kepada teori-teori filsafat dan aliran tasawuf serta mulai meneliti sekaligus mendalami pembahasan mengenai hal-hal tersebut agar dpt mencapai suatu keyakinan yg tak diragukan itu.

Imam Ghazali melukiskan evolusi pemikiran yg terjadi pd dirinya di dlm kitabnya al-Munqidu Min al-Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan). Beliau berkata dlm kitab tersebut:

Aku menceburkan diriku ke dlm gelombang samudera nan dlm dan tak pernah merasa takut. Setiap persoalan yg sulit kuselami dgn penuh keberanian. Tiap kepercayaan dari suatu golongan, aku selidiki sedalam-dalamnya, kemudian aku kaji pula segala rahasia dan seluk-beluk tiap madzhab untk mendapatkan bukti, mana yg benar dan mana yg bathil, mana yg asli dan mana yg diada-adakan. Demikianlah telah kuselidiki dgn seksama ajaran-ajaran kebatinan (bathiniyah), Zahiriyah, aliran-aliran ahli filsafat, ahli ilmu kalam dan tasawuf, aliran-aliran ibadah dan lain sebagainya. Dan tak ketinggalan pula, aku dalami aliran kaum Zindiq, apa sbabnya mereka sampai berani menyangkal adanya Tuhan.[2

Setelah mengadakan penelitian secara terus-menerus di balik ilmu pengetahuan sejati (`Ilm al-yaqin), Imam Ghazali akhirnya menemukan bahwa dlm ilmu-ilmu pengetahuannya itu tak ada yg dpt memenuhi maksud hatinya, kecuali hanya memuaskan indera dan akal semata. Bahkan di saat beliau merenungkannya, beliau menjumpai ilmu pengetahuan itu justru menyesatkan. Sebab, pengujiannya kepada ilmu pengetahuan inderawi itu menunjukkan bahwa pengetahuan-pengetahuan itu tak benar. Dalam kitabnya yg berjudul al-Munqidu Min al-Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan), beliau berkata sebagai berikut:

Kebimbangan membawa jiwaku sampai pd keadaan tak tunduk dgn menyerahkan ketenangan kepada indera-indera itu, dan kebimbangan mulai meluas lagi. Beliau mengatakan bagaimana bisa mempercayai pengetahuan inderawi, sedangkan penglihatan mata yg terkuat daripada pancaindera adakalanya berbuat seakan-akan menipu. Anda perhatikan baying-bayang dan anda melihat baying-bayang itu tak bergerak sedikitpun dan anda pun lantas berkesimpulan bahwa tak terdapat pergerakan dlm baying-bayang itu. Kemudian setelah dicoba diamati, anda mengetahui bahwa baying-bayang itu bergerak. Memang dia tak bergerak secara spontan tapi bergerak secara bertahap sedikit demi sedikit sehingga baying-bayang itu tak ada lagi. Anda memperhatikan bintang, maka anda melihat bintang itu dlm ukuran kecil. Padahal teori-teori ilmu pasti menunjukkan bahwa bintang itu lebih besar ukurannya daripada bumi.[3]

Dengan demikian, kepercayaan Imam Ghazali kepada kekuatan pengetahuan inderawi menjadi pudar karena hanya mencapai pengetahuan rasional semata. Namun, keraguan itu masih jg menyelubungi beliau terhadap kebenaran pengetahuan rasional. Sebagaimana diketahui bahwa akallah yg menunjukkan ketidakbenarannya pengetahuan inderawi, tapi di san masih terdapat kekuatan lain di luar akal yg mampu melemahkan kekuatan rasio. Akhirnya, Imam Ghazali tetap berada dlm kebimbangan, tak mengetahui mana yg benar dan mana yg salah, sampai beliau sembuh dari derita skeptis dan mengembalikannya dgn memperkuat pengetahuan rasional. Hal itu tak disebabkan oleh dalil yg sistematis, kalimat yg runtun, tapi disebabkan oleh cahaya yg dipancarkan Allah SWT ke dlm dadanya. Dan cahaya itu merupakan kunci perbendaharaan ilmu pengetahuannya. Maka barangsiapa yg beranggapan bahwa terbuka takbir makrifat itu hanya karena dalil-dalil (bukti-bukti) semata, maka orang itu benar-benar menganggap sempit kasih sayang Allah SWT yg begitu luas.[4]

Setelah sembuh dari sakit skeptis, Imam Ghazali kemudian kembali mempelajari berbagai disiplin ilmu. Beliau tak menemukan keyakinan kecuali dlm aliran tasawuf dgn menegaskan bahwa ahli tasawuf itu merupakan orang yg paling benar ilmunya, paling suci budi pekertinya dan paling dekat kepada Allah SWT. Metode Imam Ghazali dlm mengupas berbagai masalah itu mirip dgn metode yg digunakan oleh filosof Descartes. Sebab baik Imam ghazali mapun Descartes berusaha membebaskan diri dari sikap taqlid dan pendapat-pendapat yg memenuhi otak mereka maupun ikatan-ikatan yg memaksa cara berfikir mereka. Beliau telah mencapai pemikiran yg dicapai Descartes, yakni tak adanya kepercayaan akan kebenaran ilmu pengetahuan inderawi.

Imam Ghazali dikenal sebagai seorang kritikus ilmu pengetahuan dan ahli piker yg cemerlang dan berpandangan sangat luas. Dalam hal kehidupan, beliau memiliki tujuan untk mencari kesempurnaan manusiawi yg mempunyai tujuan akhir mendekatkan diri kepada Allah swt dan mencapai kebahagiaan dunia akherat. Oleh karena itu beliau gemar mendidik umat manusia dgn berbagai ilmu pengetahuan yg dpt mengantarkan mereka kepada tujuannya dgn harapan menunaikan hal itu untk membina orang-orang yg menyebarluaskan keutamaan di kalangan umat manusia. Karena itulah, di samping sebagai seorang pendidik, beliau jg merupakan reformer masyarakat.


[1] Ibid., hal. 4.[2] Ibid., hal. 3.[3] Ibid., hal. 5.[4] Ibid., hal. 6.

source : http://youtube.com, http://merdeka.com, http://santriclumut.blogspot.com

0 Response to "[Lowongan Dosen dan Pegawai] Sejarah Pemikiran-Pemikiran Imam Ghazali"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *