hotsvidz.blogspot.com - إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّار.
Kata wasiat itu berasal dari bahasa arab, terambil dari kata was-sha. Artinya menurut ilmu bahasa ialah pesan, petaruh, nasehat, dan sebagainya. Adapun pengartiannya menurut istilah syariah ialah pesan terakhir yg diucapkan dgn lisan / disampaikan dgn tulisan oleh seseorang yg akan meninggal dunia berkenaan dgn harta benda yg ditinggalkannya. Selain masalah pembagian harta, wasiatpun terkadang menjadi perdebatang antar ahli waris dari orang yg meninggal dunia. Apakah itu adil? Dia bukan siapa-siapa kita? Dia tak pernah berjasa untk kita? Kapan wasiat itu dilakukan? Apakah dia berhak mendapatkanya, bagian kita nanti menjadi kurang? Untuk menjawab berbagai pertanyaan diatas, mari kita melihat beberapa ayat qur'an dan hadits nabi terkait permasalahan wasiat.
Didalam Al Qur’an disebutkan didalam firman Allah swt :
وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّهُنَّ وَلَدٌ فَإِن كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّكُمْ وَلَدٌ فَإِن كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُم مِّن بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yg ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yg ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yg mereka buat / (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yg kamu tinggalkan jika kamu tak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yg kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yg kamu buat / (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. (QS. An Nisaa : 12)
Wasiat Rosululloh Tauhid Jadi Prioritas Utama
Bukti bahwa dakwah tauhid yg seharusnya jadi prioritas adlh sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ,
إنك تأتي قوماً من أهل الكتاب فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله ـ وفي رواية: إلى أن يوحدوا الله ـ فإن هم أطاعوك لذلك، فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك: فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم، فإنه ليس بينها وبين الله حجاب
Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah -dalam riwayat lain: kepada tauhidullah-. Jika mereka mentaatimu untk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu tiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yg diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yg terzhalimi, karena tak ada penghalang antara dia dan Allah (H.R Bukhari 1395 dan Muslim 19)
Dalam hadist ni terdapat pelajaran tentang tahapan dlm berdakwah, yakni memulai dari yg paling penting kemudian baru yg lainnya. Inilah jalan dakwah para rasul, mereka memulainya dgn dakwah kepada kalimat Laa ilaaha ilallah, karena hal ni merupakan pokok dan asas bangunan agama seseorang. Jika telah kokoh syahadatLaa ilaaha ilallah, maka memungkinkan dibangun di atasanya perkara yg lainnya. Adapun jika syahadatnya belum kokoh, maka tak bermanfaat amal yg lainnya. Tidak mungkin Engkau memerintahkan manusia shalat sementara mereka masih musyrik, Engkau jg tak bisa memerintahkan puasa, shodaqoh, menyambung silaturahmi sementara mereka masih menyekutukan Allah, karena Engkau tak meletakkan asas yg pertama.
Hal ni berbeda dgn kondisi para dai hari ni yg tak memperhatikan tentang dakwah terhadap syahadat Laa ilaaha ilallah. Mereka mengajak manusia untk meninggalkan riba, bergaul dgn baik sesama manusia, berhukum dgn hukum yg Allah turunkan, dan permasalaha yg lain, tapi mereka tak mengingatkan tentang perkara tauhid dan tak memperhatikannya seolah-olah ni bukan sesuatu yg wajib. Bagaimana pun mereka susah payah berjuang tapi amalan mereka tak bermanfaat sehingga mereka memperkokoh pondasi dan pokok yg mendasari perkara-perkara agama yg lain berupa hukum-hukum, sholat, zakat, haji, dan sebaginya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاوَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَآأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ {108}
Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dgn hujjah yg nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yg musyrik. (QS. Yusuf:108)
Dalam ayat ni Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untk memberitahukan kepada manusia tentang penjelasan manhaj (metode berdakwah) para nabi dan pengikutnya, yakni berdakwah kepada Allah di atas dasar ilmu. Hal ni menunjukkan barang siapa yg tak mengajak kepada Allah di atas ilmu maka dia bukanlah pengikut Nabi yg sejati walupun dia seorang fakih yg berilmu. Tauhid Adalah Sebab Kemenangan di Dunia dan di Akhirat Para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor radhiyallahu ta’ala ‘anhum adlh bukti sejarah atas hal ini. Keteguhan para sahabat dlm mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan mereka adlh contoh sebuah generasi yg telah mendapatkan jaminan surga dari Allah serta telah meraih kemenangan dlm berbagai medan pertempuran, sehingga banyak negeri takluk dan ingin hidup di bawah naungan Islam. Inilah generasi teladan yg dianugerahi kemenangan oleh Allah di dunia dan di akhirat.
Wasiat akan pentingnya persatuan dan tercelanya perpecahan Dengan sabdanya: sesungguhnya bapak kalian adlh bapak yg satu (dari keturunan Adam alaihi wasallam).
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
janganlah kamu termasuk orang-orang yg mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yg memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dgn apa yg ada pd golongan mereka. (QS. Ar-Ruum ayat 31-32)
Dan Allah ta’ala jg berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yg bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Âli ‘Imrân, 3: 103),
Wasiat mengingatkan bahwa kemulyaan manusia bukan terletak apakah ia orang arab / non arab, apakah ia orang kulit putih / hitam tetapi kemulyaan akan di raih dgn ketakwaan
Dengan sabdanya: tak ada kelebihan bagi orang yg berkulit merah atas orang yg berkuli hitam, dan tak ada kelebihan atas orang yg berkulit hitam atas orang yg berkulit merah kecuali dgn takwa. Dan Allah ta’ala jg menegaskan di dlm Al Qur’an
يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَـكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَـرَفُواْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عَندَ اللَّهِ أَتْقَـكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yg paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(al hujurot 13)
Wasiat akan bahaya ta’ashub / fanatik golongan, kesukuan, madzhab dan lainnya dlm sabdanya: لاَ فَضْلَ بَيْنَ الْعَرَبِ وَ اْلأَعْجَمِ إِلاَّ بِاالتَّقْوَى
Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang asing kecuali takwa
Oleh karena itu rasulullah shalaullahu ala’ahi wasallam pernah marah kepada kaum muhajirin dan anshar ketika salah satu di antara dua kelompok itu hampir hampir berperang karena adanya fanatik golongan sebagimana di sebut dlm sebuah riwayat ‘Amr bin Dinar rahimahullah dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غَزَاةٍ فَكَسَعَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ الأَنْصَارِىُّ يَا لَلأَنْصَارِ وَقَالَ الْمُهَاجِرِىُّ يَا لَلْمُهَاجِرِينَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَسَعَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ. فَقَالَ دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ
Dahulu kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pd salah satu peperangan, Lalu ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yg memukul pantat seorang lelaki dari kaum Anshar. Maka orang Anshar tadi pun berteriak:‘Wahai orang Anshar (tolong aku).’ Orang Muhajirin tersebut pun berteriak:‘Wahai orang muhajirin (tolong aku).’ Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:‘Seruan Jahiliyyah macam apa ini?!.’ Mereka berkata:‘Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’ Beliau bersabda:‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adlh buruk.’ (HR. Al Bukhari dan yg lainnya)
Wasiat Rasulullah untk kembali kepada Al qur'an dan As Sunnah
Di antara wasiat Rasullah terpenting jg adlh suruhan agar umat islam kembali kepada Al Qur'an dan sunnah dlm tiap permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia karena tak ada perkara baik / buruk , / perkara yg bisa mengantarkan manusia kedalam sorga dan terhindar dari api neraka kecuali sudah di jelaskan di dlm Al qur'an dan Sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat:
وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ - رواه مسلم
Kuwariskan kepadamu sekalian suatu pedoman hidup, yg jika kalian berpegang teguh kepadanya yaitu Al Qur`an. Kalian semua akan ditanya mengenai diriku, lalu bagaimana nanti jawab kalian?" mereka menjawab: "Kami bersaksi bahwa Anda benar-benar telah menyampaikan risalah, Anda telah menunaikan tugas dan telah memberi nasehat kepada kami." Kemudian beliau bersabda sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas langit dan menunjuk kepada orang banyak: "Ya, Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, ya Allah saksikanlah (HR.Muslim)
Dalam riwayat yg lain:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pd kamu dua perkara. Kamu tak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dlm At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Dan jg dlm riwayat yg sangat masyhur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat
عَن العِرْبَاض بنِ سَارِيَةَ رضي الله عَنْهُمَا قالَ: وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَوعِظَةً، وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ، وذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كأنَّها مَوعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فأوْصِنا، قال: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، وَإنِّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِيْ فَسَيَرَى اِخْتْلاَفاً كَثِيْراً، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Dari Irbadh bin Sariyah radaullahu a’nhu. berkata: Rasulullah shalaullahu a’alahi wasallam. pernah memberi peringatan kepada kami yg membuat hati bergetar dan mata berlinang. Kami lalu berkata, Ya Rasulullah, seolah-olah itu peringatan perpisahan. Maka dari itu, berilah kami wasiat. Beliau bersabda, Aku mewasiatkan kepada kalian untk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun yg memerintah kalian seorang budak. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yg hidup sesudahku, lalu melihat perselisihan yg banyak, maka kalian wajib berpegang dgn Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yg mendapat petunjuk; gigitlah ia dgn gigi geraham; dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yg diada-adakan sebab semua bid’ah (perkara baru yg diada-adakan) adlh kesesatan (HR Ahmad, Abu Dawud Ibn Majah, at-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata: hadis hasan shahih).
Ada lima poin dlm dua hadits ni yg sangat penting yg merupakan kewajian tiap muslim di antaranya:
Wasiat untk kembali kepada Al qur'an dan sunnah,
Hal ni sebagaimana terkandung dlm firmanNya:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisa’ : 59] Allah ta’ala jg berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ. قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, Taatilah oleh kamu Alloh dan Rosul, jika kamu berpaling (dari ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya) maka sesung guhnya Alloh tak mencintai orang-orang yg ka fir. (QS. Ali Imron : 31-32)
Rosululloh shalaillahu a’laihi wasallam bersabda:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adlh Kalamulloh (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adlh petunjuk Muhammad (Sunnah), sejelek-jelek perkara adlh yg baru (bid’ah) dan tiap bid’ah adlh sesat. Dan tak ada manusia setelah Nabi shalaullahu a’laihi wasallam yg paling meruju’ kepada Al Qur’an dan As Sunnah melainkan para sahabat dan hal ni telah di buktikan lewat sejarah yg telah di cacat para ulama, maka contoh lah mereka karena tiap kebaikan dgn mencontoh salaf dan tiap keburukan karena mencontoh kholaf (orang-orang belakangan) Imam Ibnu Khuzaimah (wafat 311 H) berkata:
إِنَّ الدِّيْنَ الاتِّبَاعُ
Sesungguhnya agama (asasnya) adlh ittiba’ (mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, ). (Lihat al-Faqih wa al-Mutafaqqih kar. Al-Khotib al-Baghdadi: 1/388) Al-Izzi bin Abdussalam رحمه الله berkata:
السَّعَادَةُ كُلُّهَا فِي اتِّبَاعِ الرَّسُولِ صلي الله عليه وسلم
Kebahagiaan yg sesungguhnya adlh dlm mengikuti (Fatawa al-lzzi ibn Abdissalam hlm. 319, 353)
Wasiat untk takwa kepada Allah ta'ala.
Takwa artinya mewujudkan wiqayah (perisai) diri dari kemurkaan dan azab Allah ta'ala dgn cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Umar radaullahu a’nhu pernah bertanya kepada seorang sahabat yg lain bernama Ubai bin Ka’ab makna taqwa. Lalu Ubai bertanya kepada Umar :Adakah engkau pernah melalui satu jalan yg berduri? Jawab Umar: Ya. Tanya Ubai lagi: Apakah yg kamu lakukan untk melalui jalan tersebut? Jawab Umar : Aku melangkah dgn waspada dan berhati-hati. Balas Ubai : Itulah yg dikatakan taqwa. Menurut Ibnu Abbas : Al-Muttaqin (yakni orang-orang bertaqwa) ialah orang-orang beriman yg memelihara diri mereka dari mensyirikkan Allah dan beramal dgn senantiasa menta’atiNya. Menurut Hasan al-Basri : Orang-orang bertaqwa ialah orang-orang yg memelihara diri dari melakukan perkara yg diharamkan Allah dan mengerjakan apa yg difardhukan Allah ke atas mereka Wasiat untk mendengar dan menaati pemimpin. Rasul shalaullahu a'laihi wasallam. menegaskan pesan ini: meski yg memimpin (menjadi amir) kalian adlh seorang budak. Padahal seorang budak, secara syar’i tak boleh dijadikan pemimpin. dan Sabda Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wassalam, "...Mendengar dan taat..."Maksudnya, adlh mendengar apabila mereka berbicara dan menaati apabila mereka memerintahkan sesuatu. Dalam sebuah riwayat: Wahai manusia bertakwalah kepada Allah hendaklah mendengar dan taat meskipun yg memerintah kalian seorang budak yg cacat selama tegak pd kalian kitabullah azza wajall
Allah ta'ala telah memerintahkan kepada hamba hambanya untk menta'ati penguasa. وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِيالأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yg ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). ( An Nisaa 83)
Allah Ta’ala berfirman,
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا Hai orang-orang yg beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, yg demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa`: 59).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَة. "Wajib atas seorang Muslim untk mendengar dan taat (kepada penguasa) pd perkara yg ia sukai dan tak ia sukai, kecuali jika diperintahkan berbuat maksiat, jika diperintah berbuat maksiat, maka tak boleh mendengar dan tak boleh taat. (HR. Al-Bukhari no. 7144; dan Muslim no. 1839).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَنْ يَعْصِنِيْ فَقَدْ عَصَى اللّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيْرَ فَقَدْ أَطَاعَنِيْ وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِيْ.
Barangsiapa taat kepadaku berarti ia telah menaati Allah, dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barangsiapa yg taat kepada amir (yang Muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa bermaksiat kepada amir, maka ia bermaksiat kepadaku. (Muttafaq Alaih).
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَر
Dan barangsiapa yg berbaiat kepada seorang pemimpin (penguasa) lalu bersalaman dengannya (sebagai tanda baiat) dan menyerahkan ketundukannya, maka hendaklah dia mematuhi pemimpin itu semampunya. Jika ada yg lain datang untk mengganggu pemimpinya (memberontak), penggallah leher yg datang tersebut. (HR. Muslim no. 1844).
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
Siapapun yg melihat sesuatu dari pemimpinnya yg tak disukainya, hendaklah ia bersabar terhadapnya, sebab siapa yg memisahkan diri sejengkal dari jama’ah lalu dia mati, kecuali dia mati seperti mati jahiliyah. (HR. Al-Bukhari no. 6531 , Muslim no. 3438)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tak mau bergabung dgn jama’ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. (HR. Muslim no. 3436)
Wasiat untk kembali kepada manhaj para sahabat terkhusus khulafaur Rasyidin yg mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin yg disepakati oleh para ulama adlh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallâh ‘anhum, dan ni adlh kandungan ayat At-Taubah 100:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yg terdahulu lagi yg pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yg mengikuti mereka dgn baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yg mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yg besar.(At Taubah 100)
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيرا
Dan barang siapa yg menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yg bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yg telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dlm Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. an-Nisa’ : 115)
Dan Rasulullah shalaullahu a’laihi wasallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik baik manusia adlh kurunku (generasiku), kemudian orang yg datang setelah mereka, kemu dian orang yg datang setalah mereka. (HR. Muslim no. 6635)
Wasiat Terjaganya darah, harta dan kehormatan
عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ حَجَّةِ الْوَدَاعِ : إنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوعٌ، وَدِمَاءُ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَضَعُ مِنْ دِمَائِنَا دَمُ ابْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ كَانَ مُسْتَرْضِعًا فِي بَنِي سَعْدٍ فَقَتَلَتْهُ هُذَيْلٌ، وَرِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُ رِبَانَا رِبَا عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوعٌ كُلُّهُ
Dari Jabir bin Abdillah ra, bahwasanya Rasulullah Shalaullahu a’lahi wasallam berkhutbah dlm Haji Wada’, "Wahai manusia sesungguhnya menumpahkan darah, merampas harta sesamamu adlh haram sebagaimana haramnya berperang pd hari ini, pd bulan ini, dan di negeri ini. Ketahuilah, semua yg berbau Jahiliyah telah dihapuskan di bawah undang-undangku, termasuk tebusan darah masa jahilijyah. Tebusan darah yg pertama-tama kuhapuskan adlh darah Ibnu Rabi'ah bin Harits yg disusukan oleh Bani Sa'ad, lalu ia dibunuh oleh Huzail. Begitu pula telah kuhapuskan riba jahiliyah; yg mula-mula kuhapuskan ialah riba yg ditetapkan Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya riba itu kuhapuskan semuanya (HR. Muslim)
Dalam wasiat Nabi shalaullahu a'lahi wasallam ni ada lima wasiat penting di antaranya:
Wasiat akan terjaganya darah seorang muslim, dimana tak halal bagi seorang muslim untk menumpahkan darah muslim yg lainnya kecuali dgn hak.
Dan Allah ta’ala berfirman: مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعً&
Wednesday 30 December 2015
0 Response to "Penjelasan Tentang Wasiat Rosululloh Saw"
Post a Comment